Ketika membeli produk perawatan kulit, tampak ada label bertuliskan “Paraben-Free”. Lantas timbul pertanyaan akan apa sih paraben itu? Apa yang membuatnya perlu dihindari?
Paraben saat ini banyak digunakan pada produk-produk kecantikan, obat-obatan, juga bahan makanan. Paraben merupakan senyawa kimia yang memiliki kemampuan preservasi, yang dipakai sudah cukup lama sejak 1950. Hal ini dikarenakan paraben mampu bekerja secara efektif dan harganya relatif terjangkau. Secara mekanisme, paraben berperan sebagai agen antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi pada kosmetik. Namun demikian, pemakaian paraben ini dapat menyebabkan efek samping pada tubuh kita.
Apa Saja Efek Samping Pemakaian Paraben?
Menurut Mitra dkk., paraben yang terabsorpsi ke dalam kulit akan beresiko mengganggu kerja hormon-hormon dalam tubuh sehingga berefek pada berbagai gangguan fungsi tubuh. Kelainan tersebut antara lain gangguan kelahiran, resiko infertilitas, penyakit sistem reproduksi wanita, memicu penyakit pada sistem kulit, dan lain sebagainya. Kulit yang sensitif terhadap paraben akan mengalami efek negatif seperti dermatitis, rosacea dan iritasi apabila terpapar dengan paraben secara berlebihan. Oleh karena itu, penggunaan bahan kimia ini diatur dalam beberapa regulasi baik nasional hingga internasional.
Regulasi Tentang Pemakaian Paraben
Pemakaian paraben dalam produk kosmetik diatur oleh ASEAN Cosmetics Directive di mana kadarnya harus pada 0.4% untuk paraben tunggal hingga 0.8% untuk paraben campuran. Begitu pula Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019 mengatur kadar paraben harus pada kadar serupa. Beberapa negara lainnya membatasi pemakaian paraben dalam kosmetik seperti Kanada, Jepang, dan negara-negara Eropa melalui regulasi European Union, namun ada pula negara yang belum membatasi pemakaiannya seperti Amerika Serikat melalui Food and Drugs Agency (FDA), Australia, dan India.
Cara Deteksi Kandungan Paraben?
Metode yang dapat dilakukan untuk menganalisis kadar paraben dalam kosmetik yaitu dengan liquid chromatography. Instrumen yang digunakan yaitu high-performance liquid chromatography (HPLC) dengan prinsip kerja memisahkan zat-zat terkandung dalam sampel berdasarkan migrasi antara fase gerak dengan fase diam. Adapun fase gerak merupakan zat yang akan mengalirkan/membawa sampel ke dalam lokasi terjadinya pemisahan, yaitu kolom (sebagai fase diam). Adapun komponen-komponen penting dalam pemisahan menggunakan HPLC yaitu: 1.) Pump, untuk mendorong fase gerak; 2.) Injector, untuk menginjeksi sampel cairan ke dalam fase gerak; 3.) Kolom, sebagai fase diam dan tempat pemisahan zat; 4.) Detektor, untuk menangkap sinyal zat-zat hasil pemisahan, dan; 5.) Data station, untuk mengolah data yang dihasilkan berupa kromatogram.
Bentuk kromatogram yang dihasilkan seperti pada gambar di bawah, menggunakan HPLC Hitachi model Primaide untuk mendeteksi tiga macam senyawa paraben (metil p-hidroksibenzoat, etil p-hidroksibenzoat, dan butil p-hidroksibenzoat) bersamaan dengan fenoksietanol dalam sampel preparasi krim wajah.
Alternatif untuk Paraben
Sehubungan dengan pemakaian yang terbatas, terdapat beberapa alternatif yang dapat menggantikan paraben sebagai bahan preservasi. Bahan alami kiat menjadi pilihan untuk menjadi substitusi paraben, seperti yang disebutkan oleh Kumari dkk., di antaranya bahan aktif dari tulasi, kunyit, jahe, bawang putih, cengkeh, kayu manis, dan daun rosemary. Bahan kimia lainnya yang dapat digunakan dan sudah diuji di antaranya seperti fenoksietanol dan benzil alkohol dengan resiko iritasi yang lebih rendah, natrium benzoat dan kalium sorbat yang kini banyak digunakan pada pasta gigi, pembersih mulut, pembersih wajah, pembersih makeup mata dan krim tangan, serta zat-zat kimia lainnya.
Kesimpulan
Sebagai penutup, paraben telah banyak digunakan sebagai bahan preservasi dalam campuran produk kosmetik, namun terdapat resiko kesehatan yang dapat ditimbulkan. Beberapa negara membatasi pemakaian paraben, namun ada juga yang belum membatasi selama masih dalam batas normal. Berdasarkan bukti-bukti yang ada maka akan lebih bijak untuk menjaga diri dari paparan paraben dan beralih ke bahan-bahan alternatif yang lebih aman sehingga dapat tampil cantik dengan minim resiko. Kunjungi website kita di www.indotechsci.co.id untuk tahu lebih lanjut tentang alat HPLC dari Hitachi High Tech.
Referensi:
Alaba, P.A.A., E.D. Cañete, B.S.S. Pantalan, J.M.C. Taguba, L.D.I. Yu & M. Faller. 2022. Toxic Effects of Paraben and its Relevance in Cosmetics: A Review. International Journal of Research Publication and Reviews Vol 3, no 5, pp 3425-3466
ASEAN Cosmetics Directive. 2022. Annexes of The Asean Cosmetic Directive.
BPOM RI. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.
Hitachi High-Tech Science Corporation. 2020. Basics of Hitachi HPLC
Kumari, P.V.K., S. Akhila, Y.S. Rao & B.R. Devi. 2019. Alternative to Artificial Preservatives. Systematic Reviews in Pharmacy, Vol 10, Issue 1.
Mitra, P., S. Chatterjee, N. Paul, S. Ghosh & M. Das. 2021. An Overview of Endocrine Disrupting Chemical Paraben and Search for An Alternative – A Review. Proceedings of the Zoological Society 74(4): 479–493